Pernah suatu
ketika aku kehilangan alasan, kehilangan
semangat, kehilangan jawaban tentang “untuk apa aku meneruskan pendidikan ke
bangku kuliah? “ Padahal teman-temanku yang lain sebagian besar berkarir di
bidang pekerjaan, ya. Kulihat mereka diambang kesuksesan. Ya tentu aku bahagia
mengetahui hal itu/ namun, disamping itu terlintas di kepalaku kenapa aku tidak
memilih jalan seperti mereka? Sepertinya asik, bekerja , dapat gaji besar,
menabung, beli ini itu, bahagiain ortu dan lain sebagainya.
Ku mulai
meluaskan pemikiranku yang sempit tadi, mulai kulihat sudut pandang yang lain.
Sudut pandang hamba-hamba lain yang tak seberuntung aku. Aku teringat suatu
hadist
Pemikiranku
tentu terlalu sempit jika mengambil contoh kenikmatan orang yang mungkin diberi
Allah swt. Kelebihan harta yang lebih. Jelas dari beberapa hadist diatas bahwa syukur
dan qonaah lebih diutamakan dari pada banyak harta namun melalaikan. Seharusnya
aku berpikiran bahwa masih banyak orang yang tidak seberuntung diriku. Bisa
berpikir menggunakan akal yang sehat, memiliki tangan kaki dan badan yang masih
normal, serta nikmat-nikmat yang lain yang tentu tak dapat ku hitung
seluruhnya.
9. Kemudian Dia menyempurnakan dan
meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur.
[QS. As-Sajdah
: 9]
Komentar
Posting Komentar